Trump akan menghukum negara-negara yang menjauh dari USD
Miliarder eksentrik Donald Trump kembali menjadi sorotan pasca pernyataan berani yang ia ungkapkan. Ia mengklaim bahwa apabila ada negara yang meninggalkan dolar AS dalam perdagangan internasional, Amerika Serikat akan mengambil tindakan tegas. Menurut mantan presiden dan kandidat presiden Partai Republik saat ini, pemerintah AS akan menerapkan tarif 100% kepada negara-negara (yang meninggalkan dolar AS) tersebut. Dengan demikian, negara yang berpikir untuk meninggalkan dolar AS berpotensi menghadapi konsekuensi yang berat.
Trump menegaskan bahwa negara mana pun yang menolak dolar AS akan berhadapan dengan tarif barang-barang impor mereka. Ia juga berjanji untuk melindungi status dolar sebagai mata uang cadangan dunia. Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa rencana Trump dapat menjadi bumerang apabila tarif ini menargetkan impor dari Tiongkok.
Terdapat kemungkinan Trump dan timnya akan menggunakan ini sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi, memberikan tekanan dan bahkan terlibat dalam pemerasan, para analis menjelaskan.
Saat ini, para penasihat Trump sedang mempertimbangkan opsi tentang cara menghukum negara-negara BRICS karena meninggalkan dolar AS dalam perdagangan global. Opsi-opsi ini termasuk kontrol ekspor dan tuduhan manipulasi mata uang. Sebelumnya, Senator Marco Rubio dari Florida mengusulkan sanksi terhadap lembaga keuangan yang menggunakan CIPS Tiongkok, SPSF Rusia, dan SEPAM Iran - alternatif untuk sistem pembayaran SWIFT.
Menurut para analis Asia Times, sanksi terhadap Rusia sudah membuat dolar kurang menarik sebagai mata uang cadangan global. Mereka yakin situasinya dapat kian memburuk dan menyebabkan dolar jatuh. Publikasi tersebut merujuk pada Menteri Keuangan AS Janet Yellen, yang mengakui bahwa sanksi terhadap Rusia membuat negara-negara yang memegang cadangan dolar kebingungan.
Diane Sare, yang merupakan kandidat independen untuk Senat New York, juga telah menunjukkan bahwa kebijakan AS berkontribusi terhadap de-dolarisasi ekonomi global. Ia berpendapat bahwa AS memicu proses ini dengan tindakan mereka sendiri. Sare menyarankan agar AS kini perlu bergerak menuju keranjang mata uang dan nilai tukar tetap untuk menutup celah spekulasi mata yang yang merugikan ekonomi nasional.